[Lampu Bohlam #16] GRATIS

Tidak ada yang gratis di dunia ini.

Mungkin kalimat di atas memang benar. Tapi postingan saya kali ini cuma pengen nge-share kalau yang gratisan itu ternyata ada lho. Nggak percaya? Yuuk simak cerita saya berikut.

Sebelum saya cerita tentang beberapa hal yang saya dapatkan secara gratis, saya mau cerita dulu bagaimana awal mula semua ini terjadi.

Ehem.. 😀

Jadi, seperti mungkin sudah diketahui oleh beberapa teman blogger yang sering main ke sini, semenjak menikah dan bahkan sebelum menjadi ibu dari dua orang balita (4 dan 2 tahun), saya ini jobless. Nggak bekerja dan lebih banyak (baca: selalu) di rumah. Jadi perempuan rumah tangga.

Untuk menghalau rasa bosan dan supaya saya lebih produktif *uhuk :mrgreen:*, suami saya yang baik hatinya dan kerennya ngalahin Harry Potter itu (sudah.. jangan dibantah, diiyain sajalah :mrgreen:) membuatkan saya sebuah blog. Dan blog inilah yang akhirnya membawa saya pada sebuah petualangan baru.

Dari nge-blog, saya kenal beberapa blogger. Dan blogger-blogger inilah yang nantinya mengirimi saya hadiah-hadiah yang dialamatkan ke rumah saya. Secara gratis.

Kok bisa? Ya bisa.

Karena para teman blogger itu baik-baik loh. Ada yang membuat GA atau Give Away. Nah sudah tahu kan apa itu GA?

Giveaway adalah event yang diadakan oleh pihak tertentu (biasanya developer software dll) untuk membagikan lisensi produknya secara gratis dan legal. (sumber: di sini)

Nah kalau menang GA, tentu saja dapat hadiah kan?

Ada juga teman-teman blogger yang suka membuat kuis. Nah dari kuis ini pula saya suka dapat hadiah. Kebanyakan sih hadiahnya ya nggak jauh-jauh dari kaos dan buku. Namanya juga blogger, penulis kan pastinya juga suka membaca.

Dan dari para blogger ini pula saya ketularan ikutan lomba blog contest. Meskipun nggak (belum) pernah menang hadiah utama, tapi saya pernah kecipratan hadiah hiburan. Ya kaos dan goodie bag. Eh voucher juga sih.

Pernah juga saya ikutan lomba nulis FF. Nah kalau ini, selain saya menguasai temanya, saya memang pencinta FF garis keras. Jadi kalau disuruh bikin FF, kalau nggak ada halangan saya pasti yang pertama kali ikutan. Hehehe.. 😀

Dari beberapa kali mengikuti ajang Give Away, prompt, serta kuis yang berhubungan dengan membuat FF, saya pun mendapatkan beberapa tambahan koleksi buku baru. Alhamdulillah.. 🙂

Supaya cerita saya nggak berbau hoax, ini beberapa contoh hadiah yang pernah saya dapatkan secara gratis. Kenapa gratis? Karena saya nggak mengeluarkan kocek sepeserpun. Kalau keluar tenaga untuk menulis alamat, membuat postingan di blog dan mengirim email, itu nggak dihitung tho?

TARA..

Inilah contoh hadiahnya.

buku 1
sebagian hadiah karena jadi blogger yang nggak aktif 😀

Itu penampakannya ketika hadiahnya digabung jadi satu. Tapi ini baru yang kelihatan mata saja. Saya motonya juga baru sejam yang lalu. Setelah selesai mem-foto, saya baru sadar ada yang ketinggalan nggak difoto seperti gelang, mug, serta buku panduan hijab, karena ada di lemari. Beberapa buku juga ada yang masih dipinjem teman. Oya.. satu kaos lagi -hadiah GA Niar Ningrum- masih ada di atas jemuran. 😀

kaos 1
Deretan pojok kanan atas. Kumpulan kaos. Kaos Merah dari Kampung Fiksi, Kaos Dagadu dari om Warm, Kaos Hitam dari Modena dan Kaos ‘Sunset In Weh Island’ dari mba Aida MA.
voucher
Voucher dari MODENA dan voucher sepatu Toe Zone dari Mba Red Carra
ika natassa
Si kembar buku Ika Natassa hadiah dari nulisbuku (FF 2 in 1) 😀
shabrina
Di bagian tengah buku ‘Always Be in Your Heart’ milik mba Shabrina W.S.
Suatu hari nanti, saya harus dapat tanda tangan penulisnya! :mrgreen:

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Nah.. Itulah sebagian hadiah yang pernah saya dapatkan. GRATIS.

Oya, tanpa mengurangi rasa terima kasih saya kepada sahabat yang telah memberikan hadiah, namun fotonya nggak / belum saya tampilkan di sini. Ini semua dikarenakan saya seringkali lupa mau menuliskan postingannya atau memfoto barangnya. Mohon dimaklumi.

Jadi kalau dibilang adakah yang gratis di dunia ini? Maka saya jawab ADA. Ini buktinya.

Oh ya, sedikit cerita tentang kiriman bakpia, tiba-tiba saja Nia -sahabat saya yang sekarang berdomisili di Yogyakarta- mengirimi saya sms dan menanyakan alamat saya. ‘Buat apa?’ tanya saya. Katanya tiba-tiba dia teringat saya. Dulu saya ngidam bakpia keju. Padahal pas dikirimi itu saya nggak lagi hamil dan anak saya sudah dua!

Lain lagi dengan buku ‘memilih nama bayi’ kiriman Asmie, sahabat sejak SMP saya yang berdomisili di Surabaya. Waktu itu saya memang sedang hamil anak pertama. Dan sahabat saya yang satu itu memang baik sekali. Nggak ada angin dan nggak ada hujan, dia mengirimi saya tidak hanya satu buku. Tapi TIGA buku nama bayi!

Lalu ada seorang sahabat lagi, mbak Yuyuk yang lebih dikenal dengan nama putrimeneng. Beliau tiba-tiba saja mengirimi saya kaos bergambar 4 punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, buku Drunken Marmut (Pidi Baiq) serta Al-Asbun Manfaatulngawur.

Alhamdulillah.. 🙂

Para sahabat itu memang baik ya?

Dan saya bersyukur memiliki mereka sebagai sahabat saya.

Oya, rekor orang / blogger yang paling banyak mengirimi saya hadiah jatuh pada blogger seleb bernama om Warm. Kalian sudah kenal kan? Kalau belum silakan meluncur ke sana. Setiap Jumat beliau bagi-bagi hadiah di Koeis Djoem’at lho.. 🙂

Hadiah yang pernah saya dapatkan dari beliau antara lain buku Drunken Monster (Pidi Baiq), 4 buku pemenang Sayembara Menulis Novel 2005 – Grasindo, Kaos Dagadu, serta buku Family Traveller. Sudah ya? Iya. Itu seingat saya. 😀

Buat yang mau dapat hadiah gratisan seperti saya, ayoo buka mata buka telinga. Banyak GA bertebaran di dunia maya. Kunjungi group-group menulis terdekat.. 🙂

Selamat bersenang-senang ya..! 🙂

Catatan:

Sebenarnya alasan saya ikut GA bukan semata mengejar hadiah loh. Saya ikut karena penyelenggaranya adalah teman-teman saya. Dan saya hanya ikut meramaikan saja. Kalau menang, ya Alhamdulillah. Kalau belum beruntung ya tetap Alhamdulillah juga.. Hehehe

Oh iya, ada hadiah GA yang nggak bisa saya pajang. Karena hadiahnya pulsa. Mulai dari nominal 5000 sd 50.000 saya pernah dapatkan juga. Alhamdulillah..

Ini cerita saya untuk Lampu Bohlam #16 : GRATIS. Mana ceritamu kawan?

Share yuuk!

Bandara Udara, antara melambaikan tangan dan pertemuan kembali

Sebelum saya menikah, transportasi yang paling sering saya gunakan adalah kereta api. Kemana-mana pasti ketemu sama gerbong dan lokomotif. Ke Jakarta? Naik BIMA. Ke Bandung? Argo Wilis dan Turangga. Ke Yogyakarta? Ya naik Sancaka. Begitupun setelah menikah dan punya anak pertama, Syifa, saya juga masih setia dengan kereta api.

30683_1482136292576_793636_n
Stasiun Gubeng

Namun ketika akhirnya akung dan utinya keburu kangen cucu-cucunya sementara bapaknya anak-anak masih belum bisa libur, transportasi udara pun jadi pilihan. Tak lagi membutuhkan 14 jam berada di atas kereta api dengan segala kerepotannya membawa dua balita (pup, pipis). Saya bisa sedikit bernapas lega ketika berangkat dengan pesawat terbang yang membutuhkan tak lebih dari 70 menit dari Bandung ke Surabaya. Praktis dan ekonomis. Apalagi harga pesawat dan kereta api pun kini semakin bersaing. Meskipun kalau ada yang mendampingi, #kode saya lebih nyaman bepergian dengan kereta api. :mrgreen:

Reina dan Syifa
Bandara Husein Sastranegara – Bandung

Jadilah bandara udara menjadi tempat yang cukup akrab untuk kedua anak saya. Berangkat pagi-pagi dari Bandung diantar ayahnya ke Bandara Husein Sastranegara, tanpa linangan air mata -saking seringnya.. :D- dan sampai di Bandara Juanda dengan dekapan erat akung dan utinya.

Begitupun saat pulang nanti. Ketika diantar akung dan utinya dengan lambaian tangan ‘sampai ketemu lagi‘ juga sudah nggak pakai acara tangis-tangisan. Beda banget sama acara saya pertama kali berangkat ke Bandung setelah menikah dan diantar bapak – ibu saya ke Stasiun Gubeng. Kok yo rasanya mbrebes mili.. *halaagh 😆

Begitulah.

Baik bandara udara, stasiun atau bahkan terminal, adalah sebuah tempat untuk melambaikan tangan disertai ucapan ‘selamat jalan’, dan pada saat yang sama juga sebuah tempat perjumpaan dan pertemuan kembali. Sebuah tempat yang menyimpan kisahnya masing-masing.

Ini cerita saya tentang bandara udara.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Mana ceritamu?

Share di lampu bohlam yuuk!

Sekolah Jadi Istri, Ada Nggak Ya?

terang gt loh

Saya baru 4 tahun 8 bulan 17 hari jadi istri. Istrinya pak Agus (panggilan kesayangan di rumah) tapi lebih beken dikenal dengan panggilan Udiens oleh sebagian teman-temannya. Sebelum jadi istri, saya menjalani hubungan jarak jauh alias LDR-an antara Bandung (asal suami) – Surabaya (tempat saya tumbuh dan berkembang.. :D). Teman-teman yang pernah kenal dekat sama saya, mungkin sebagian ada yang mengenal saya sebagai si tomboy, si cuek tapi sekaligus si manja anak mama.

Jujur aja. Pas masih tinggal serumah sama mama saya, saya jarang (hampir ngga pernah) ngerjain tugas rumah. Alasan klise-nya saya harus sekolah, kuliah dan ngerjain tugas, les serta bla bla bla yang lain. Tapi bukan berarti saya ngga tahu kerjaan lho.. *mulai serius*.

Kalau si embak (baca: asisten rumah tangga) yang kerja di rumah lagi mudik atau pulang kampung, saya pasti kebagian kerjaan nyapu rumah. Juga beberapa kali nyuci piring. Dan saya suka ngga tega kalau mama saya nyuci baju orang serumah. (Eh jaman dulu belom pake mesin cuci otomatis kaya sekarang lhoo.. jadi kerjaan nyuci baju itu emang paling berat rasanya. Saya ikut merasakannya! :D). Jadi saya sedikit-sedikit ikut terlibat membantu mama..

Nah.. temen-temen saya dulu mungkin ngga pernah liat kalo saya sebenarnya rajin ya bisalah ngerjain pekerjaan rumah tangga. Meski kalau urusan masak-memasak saya lebih milih bagian ngincipin aja.. (Hey..! Bahkan Superman juga punya kelemahan kan?! :D) -alibi-

***

Dan.. waktu pun berlalu hingga akhirnya..

Taraaaaa!

Saya jadi istrinya pak Agus.

***

Suatu hari, salah seorang teman menanyakan kabar saya. Pembicaraan pun baik-baik saja hingga tiba pada pertanyaan apa kegiatan saya sehari-hari. Kebetulan teman saya ini masih single, dan sedang bekerja di salah satu perusahaan swasta. Yaa.. Agak njomplang dengan saya yang jobless semenjak menikah.

Lalu saya jawab apa adanya saja. Kalau saya tidak bekerja, mengurus rumah tangga, kebutuhan suami dan menikmati peran jadi ibu dari dua orang balita.

Dan teman saya menanggapi dengan sedikit sinis (asli.. mungkin saya lagi sensi saat itu.. :D) bahwa intinya saya yang manja bisa juga yaaa ngerjain kerjaan rumah tangga.

JDERR!

Ini niat nanya kabar apa nyari masalah ya? Pikir saya saat itu hingga akhirnya saya pun merenung (jiyah.. jadi dalem gene.. :D). Saya pun berpikir dalam hati. Menimbulkan tanya di benak saya.

Memangnya ada ya sekolah jadi ISTRI/SUAMI?

 

Kan bagaimanapun juga harus terjun dulu untuk kemudian menjadi terbiasa dan akhirnya memiliki kepiawaian? Pun demikian halnya dengan saya.

Okelah.. mungkin saya dulu manja, ngga tahu kerjaan, cuek, tomboy dan lain sebagainya. Tapi people do change. Semua orang berubah! Saya juga berubah. Dan saya perlahan belajar (dan saya percaya insting perempuan, kewanitaan, keibuan itu bisa muncul dengan sendirinya dan juga bisa dikembangkan bukan? :D) menjadi seorang istri, ibu dan perempuan sejati. Maka, wajar kan kalau saya yang dulunya ngga tahu kerjaan (rumah tangga) jadi piawai dan terlatih (nggak juga siih benernya.. :P) menjadi perempuan sejati? *uhukk :mrgreen:

Yaa.. inti dari tulisan ini sebenarnya bukan semata pembelaan diri sih. Tapi, ada baiknya jangan menyepelekan seseorang dari apa yang dia lakukan/tidak lakukan. Karena saya yang dulunya ZERO masalah rumah tangga toh perlahan bisa mengisi ‘kekosongan’ itu hingga memiliki sesuatu yang baru untuk dipelajari, diamalkan dan menjadi kepiawaian baru saya.

Kalau dulu saya mecahin satu-dua gelas saat memulai mencuci piring setidaknya sekarang belajar untuk jauh lebih berhati-hati. Jika dulu manajemen waktu saya morat-marit menangani kebutuhan suami, anak dan mengendalikan rumah supaya tetap berdiri kokoh (agak mulai lebay sepertinya) sekarang saya sudah bisa sedikit santai menghadapinya.

Ya, saya belajar menjadi istri sekaligus ibu yang selalu menambah ilmu dari hari ke hari. Dan jika ada yang bertanya “Adakah sekolah untuk menjadi seorang istri?”. Maka dengan lantang akan saya jawab. “ADA!”.

Namanya, sekolah kehidupan.. 🙂

wpid-tarik.jpg

Repost dari sini.

[Berani Cerita # 7] Si Pendiam yang Aneh – 2

Amira tersenyum melihat kedatanganku. Jemarinya menyambut uluran tanganku lalu menciumnya hormat. Membawakan tas kerjaku lalu meletakkannya di dalam kamar. Tanpa kuminta ia segera meletakkan secangkir kopi kesukaanku di atas meja.

Semuanya tanpa bersuara.

Aku menatapnya heran. Tak biasanya dia hening seperti ini.

“Adek sakit?” tanyaku. Amira hanya menggeleng perlahan. Aku menatapnya dalam-dalam dan pipinya pun bersemu merah.

“Mas ini apa-apaan sih?”

Lalu ia kembali terdiam. Dan sepanjang malam itu Amira lebih banyak mendengar. Tak mendominasi pembicaraan seperti biasanya. Aku jadi curiga. Sepertinya istri cantikku ini sedang melancarkan aksi tutup mulut. Tapi untuk apa?

Keesokan harinya, Amira masih juga irit bicara.

“Dek, nanti malam kayanya Mas harus ke Jakarta deh. Ada meeting di sana. Baru pulang Jumat malamnya. Nggak apa-apa? Maaf ya, tugas kali ini memang agak lama,” aku bersiap mendengar omelannya. Biasanya kalau mendengar berita tentang tugas di luar kota istriku itu akan mengomel ke sana-kemari. Tapi kali ini tidak. Ia hanya mengangguk sambil berkata lembut, “Iya, nggak apa-apa”.

Whatt?? Itu saja jawabannya? Aku mengerutkan kening.

Ada apa dengan Amira?

Seakan ada alien masuk ke rumah kami dan mengambil alih tubuh istriku. Ini semua semakin terasa tak wajar.

***

Kuparkir koperku di samping pintu depan. Berjalan berjingkat untuk mengejutkan Amira akan kedatanganku. Dari balik tirai penyekat ruang tamu dengan ruang keluarga aku bisa melihat ia sedang asyik melihat acara musik di televisi. Aku berjalan perlahan dan mendaratkan kecupan di pipi kanannya, berharap Amira akan balas mencium bibirku bertubi-tubi, tapi ternyata ia langsung menutup mulutnya, mendorongku menjauh darinya. Lalu bergegas menuju ke kamar mandi.

Aku ditolak.

Ada apa dengannya?

2013-04-16-1867
Koper *doc. pribadi rinibee

Kubaui tubuhku. Lalu tersadar bahwa aku belum menyemprotkan parfum Calvin Klein andalanku yang memiliki aroma woody kesukaan Amira. Bergegas aku menuju ke ruang tamu untuk mengambil parfum dari dalam koper. Kubuka risletingnya tepat saat istriku datang menunjukkan sebuah batangan mungil bergaris merah dua. Batangan yang memberikan penjelasan atas sikap abnormalnya selama ini. Kebisuannya dan penolakannya akan ciumanku di pipinya.

Amira positif mengandung.

Koper menjeblak terbuka. Kusemprotkan Calvin Klein ke sekitar leherku. Lalu berjalan mendekat untuk mendekap Amira dan mencium lembut keningnya. Namun pandangannya kelihatan tidak suka.

“Mas, bukan nggak mau dipeluk, tapi tiba-tiba aku mual kalau nyium aroma Calvin Klein-mu.”

*** 

Umumnya wanita yang hamil memiliki tabiat yang tidak biasa dan cenderung absurd di masa awal kehamilannya. Ada yang begitu suka dengan suami dan bau suami hingga lengket bak perangko, namun sebagian yang lain justru sebaliknya. Kondisi absurd ini dikenal juga dengan nama ‘ngidam’.

-selesai-

 banner-BC#07

Teruntuk:  [Berani Cerita #7] Si Pendiam yang Aneh “QUIZ MONDAY FLASHFICTION #2 – Sekilas Sekitarmu dan Lampu bohlam #7: tirai

Catatan penulis:

Ngidam, berasal dari kata idam (yang berarti mendambakan, menginginkan sesuatu) ditambah kata kerja nge yang diubah jadi ngi. Kata “idam” ada dalam KKBI, yang berarti ingin sekali mengecap sesuatu (ketika hamil muda). Kata “ngidam” sangat lekat dengan wanita hamil, yang tepat dikatakan ngidam adalah wanita hamil, bukan perempuan yang tidak hamil apalagi laki-laki. Kalau ngidam diluar ibu hamil, saya defenisikan sebagai “pengen”, “ngebet”, “mau”, “idam”. (sumber di sini)

Ngidam atau dalam bahasa medis disebut pica, terbagi atas dua macam. Ngidam secara fisik maupun psikologis.
Ngidam secara fisik mencerminkan tubuh membutuhkan asupan nutrisi tertentu.

Ngidam secara piskologis biasanya karena ingin lebih banyak diperhatikan. Bisa jadi karena sebelumnya merasa kurang diperhatikan suami. (sumber di sini)