Lelakiku dan priaku


Aku menyayangi lelakiku. Aku selalu jadi kesayangannya. Ia tidak banyak berkata-kata. Tapi aku tahu ia selalu memanjakanku.

Aku juga menyayangi priaku. Ia juga tidak terlalu banyak bicara. Namun aku tahu aku selalu menjadi satu-satunya di hatinya.

Demikianlah. Aku ada di hati mereka dan mereka berdua ada di hatiku. Berdampingan.

Dan masing-masing memiliki satu hatiku yang utuh.

 

Lelakiku tahu keberadaan priaku. Dan dia tidak keberatan. Ia tahu  priaku memiliki tempatnya sendiri di hatiku.

Priaku tahu posisinya. Bahkan sebelum ia ada di hatiku, aku sudah menyayangi lelakiku.

Ia tidak keberatan sama sekali.

Priaku dan lelakiku pernah saling bertemu. Mereka memang tak banyak bicara. Tapi aku tahu mereka sama-sama memahami posisinya. Bahwa mereka berdua sama-sama menyayangiku dan sama-sama memiliki hatiku. Mereka bisa menerimanya.

 

Kali ini, waktuku memang lebih banyak dengan lelakiku. Aku pun menikmati semuanya. Dengan lelakiku di sampingku, aku takkan mengkhawatirkan apapun.

Priaku  ingin suatu hari nanti ia memiliki lebih banyak waktu bersamaku. Dia ingin aku juga bisa mengandalkannya. Seperti lelakiku menjagaku selama ini.

Aku hanya terdiam. Dalam hati aku juga menginginkannya. Tapi aku ingin semuanya benar-benar indah pada saatnya. Aku pun meminta priaku berbicara pada lelakiku.

Aku punya hati yang utuh untuk masing-masing kalian. Namun aku tak mungkin berada di dua tempat pada saat yang bersamaan..

 

Jadi, di sanalah mereka. Saling bertemu. Berbicara dari hati ke hati. Dan aku di sini memandang dua orang yang sangat kucintai. Yang menyayangiku dengan cara mereka masing-masing.

Sungguh.. aku tak bisa memilih salah satu dari kalian.

Aku menatap wajah lelakiku. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Namun matanya mengirimkan sinyal akan hadirnya gurat-gurat kesedihan. Aku tak sedetik pun melepaskan pandanganku. Dalam hati aku bertanya. Pertanyaan untuk priaku.

“Apa yang kau katakan pada lelakiku?”

Lelakiku menatapku sekilas. Menyunggingkan senyum dan ia menganggukkan kepalanya. Menyetujui segala ucapan priaku. Tetiba aku merasakan kesedihan yang teramat sangat. Kesedihan yang seakan dikirim mata lelakiku jauh ke dalam lubuk hatiku. Ada sebuah tanya dalam benakku.

Apa aku akan kehilangan lelakiku…?

***

Mereka telah bicara dan mereka membuat kesepakatan. Dan kini, di sinilah kami berada. Aku di sini, sedangkan lelakiku dan priaku di seberang sana. Mereka saling berhadapan satu sama lain. Tak lama terdengar suara lelakiku berkata dengan lantang yang ditujukan pada priaku. Dan dijawab dengan tegas oleh priaku. Sebulir air mata akhirnya menetes di pipi lelakiku. Dan tetiba hatiku terasa tersayat-sayat. Perasaanku berkecamuk. Ada sebuncah rasa sedih dan sekaligus perasaan bahagia.

Aku menyadari, sejak saat itu, aku akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama priaku. Ingin rasanya aku menghambur memeluk lelakiku. Tapi aku hanya dapat terdiam di sini. Berbicara dalam hati berharap lelakiku dapat mendengarnya. Ingin aku mengucapkan sebuah kalimat padanya.

“Walau kini aku akan lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya, aku tetap akan menyayangimu, ayah. Utuh. Satu hati. Hanya untukmu, tidak berkurang sedikitpun..

Terima kasih, ayah.. Karena telah merestui pernikahan kami.. “

DSC_2641

Sebulir air mata menetes di pipiku. Air mata bahagia.. 🙂

-selesai-

 

Tulisan ini diikutsertakan GiveAway “Tanda Kasih Buat Kamu”

Dipersembahkan khusus untuk dua orang yang saya cintai.

My lovely daddy and my lovely husband.

 

 

Catatan:

Tulisan ini juga pernah diposting di sini dan di sini.

Tenang saja, itu juga tulisan saya kok… 😀

 

16 pemikiran pada “Lelakiku dan priaku

  1. Ping-balik: nyesek | Rini bee

Tinggalkan Balasan ke zaki19482 Batalkan balasan