DIBUTUHKAN: Panggilan sayang, dekapan hangat, dan ciuman sayang setiap hari..

Judulnya provokatif banget ya? Sengaja.. Biar kalian mampir.. Hahaha.. 😆

Jadi ceritanya, saya nemu artikel bagus pagi ini.. Itulah yang mendorong saya untuk membuka blog dan mengetikkan postingan ini. Isi artikelnya tentang pentingnya memberikan kalimat-kalimat positif yang sebaiknya kita ucapkan pada anak-anak kita setiap hari.. Naah.. Sebagai pengingat buat saya pribadi dan semoga bermanfaat buat teman-teman yang kebetulan mampir dan ingin mempraktekkan pada buah hati masing-masing (atau kalau buat yang belum menikah, buat keponakannya juga bisa kok), saya tulis kembali di blog ini yaa..

Kalimat apa sajakah itu..? Yuuk disimak..

1. Mama ikut senang ya, Nak.

2. Mama bangga sama kamu!

3. Wah, ide kamu membantu Mama.

4. Mama bersyukur memiliki anak seperti kamu.

5. Kamu tidak harus menjadi sempurna untuk jadi orang yang hebat.

6. Apapun yang kamu ungkapkan, berarti bagi Mama.

7. Kamu anak yang baik.

8. Mama percaya kepadamu.

9. Keluarga ini semakin bahagia karena kamu, Nak.

10. Kamu berhak mengatakan tidak atau iya.

11. Mama tahu kamu sudah melakukan yang terbaik.

12. Kamu yang benar, Mama minta maaf, ya.

13. Bagaimanapun juga, kamu adalah anak Mama!

14. Ayo kita coba melakukan ini dengan caramu.

15. Kamu membuat Mama senang!

16. Mama suka sekali dengan hasil karyamu.

17. Mama sangat bahagia saat menghabiskan waktu bersama kamu.

18. Mama tidak sabar mendengar ceritamu hari ini.

19. Jangan takut untuk menjadi dirimu sendiri.

20. Mereka pasti bangga punya teman sepertimu.

21. Wah, Mama belajar hal baru dari kamu!

22. Kamu anak yang pintar.

23. Mama mengerti perasaan kamu.

24. Mama memaafkan kamu.

25. Kalau gagal, ayo kita coba lagi!

26. Mama sayang kepadamu.

Naah itu kalau berdasarkan artikel yang saya baca di sini.

Sementara buat saya pribadi, saya masiih mau menambahkan lagii.. *teteup 😀 *. Hahaha..

Iya.. Tambahan dari saya, selain berusaha mempraktekkan penggunakan kalimat positif setiap kali berbicara dengan anak-anak, saya berusaha untuk selalu memberikan panggilan bagus dan terbaik (yang tentunya memiliki makna positif dong 😉 ) kepada anak-anak saya. Karena ucapan orang tua itu juga doa buat anak-anaknya kan?

Misalnya:

  1. (Sa)Yang… Ada PR nggak di sekolah?
  2. Yuuk siap-siap ngaji, Sholehah!
  3. Ridwan sholeh… Lagi apa?
  4. Siapa tadi yang pinter bisa jaga adiknya?

dan beberapa kalimat lain yang kurang lebih serupa maknanya…

Selain kalimat-kalimat positif dan panggilan sayang tadi, sebisa mungkin saya juga selalu mengusap dan mencium kepala anak-anak saya.. Serta.. memberikan pelukan hangat pada mereka.. Tanpa syarat.. Dan sebenarnya yang membutuhkan pelukan ini terkadang justru saya loh.. Percaya nggak kalau sebuah pelukan hangat bisa membuat mood Anda berubah 180 derajat? Dari bete menjadi jauuuhh lebiiih baiiik.. Nggak percaya? Coba deh! Karena itu berhasil banget buat saya. 🙂

 

Dan ini mah rahasia kecil saya sebagai ibu.. Saya selalu suka mencium aroma tubuh mereka (anak-anak) baik sebelum maupun sesudah mandi.. Itu sebabnya saya selalu suka mencium rambut anak-anak saya.. :mrgreen:

Ada bau khas yang nggak bisa dijelaskan oleh kata-kata.. Pokoknya enak deh.. Hahaha.. 😆

Nah itu versi saya.. Bagaimana kalau versi teman-teman yang lain? Ada yang mau menambahkan atau mungkin share sama saya?

Yuuk.. diterima dengan senang hati… 🙂

Saya tunggu yaa

 

Aku kudu piye?

Ini judul berasa lebay banget ya??

Hahahaha..

 

Ini sebenarnya saya lagi bingung banget harus ngapain.. lebih tepatnya bagaimana harus memulai lagi komunikasi yang sempat terputus dengan seseorang karena beberapa hal. Ya tahu sendirilah.. Ketika kita menikah.. Maka kita harus rela kehilangan banyak hal kan? Nah ini juga yang kejadian sama saya.. Menikah, punya suami (ya iyalah.. namanya juga nikah! 😆 ), jadi irt full time *halagh bahasanya 😛 *, punya anak 1.. lalu nambah 1 lagi hingga akhirnya punya 3 anak.. *fiyuuhhh… :mrgreen: *, secara perlahan.. prioritas saya pun bergeser..

Teorinya irt -ibu rumah tangga- harus tetep punya me time.. Iya.. TEORI BANGET kalo kata saya. Menurut saya.. mereka yang bekerja di luar rumah alias working mom kayanya harus lebih banyak bersyukur.. ‘Kerja di kantor’ secara nggak langsung jadi me time buat mereka.. Hehe..

Eh tapi ini bukan berarti sayanya ngga bersyukur loh ya. Saya masih oke-oke aja dengan keadaan dan status saya sebagai ibu rumah tangga yang selalu bareng anak-anak saya di rumah.. -yang bahkan kadang-kadang ke kamar mandi pun diikutin- 😆

Ya Allah.. semoga saya bisa tetap istiqomah.. Amiiin..

Coba deh tanyain sama ibu rumah tangga full time yang punya balita di rumah.. Beneran mereka punya me time? Beneran mereka ‘tega’ ninggalin balitanya hanya sekedar untuk mendapatkan keseimbangan diri.

Duuh.. saya mah ngga bisa me time dengan bener-bener me time kalau masih punya balita. Apalagi yang masih terikat ASI sama saya. Pasti secara otomatis dia ikut saya ke mana-mana (jadinya our time deh!). SEPAKET. Hanya demi supaya saya nggak parno -paranoid- terjadi sesuatu padanya.. *oke sebut saya lebay.. 😀 *

Kalaupun ada hal mendesak yang membuat saya harus meninggalkan si bayi di bawah dua tahun itu dan menitipkannya pada orang yang benar-benar saya percaya.. Nggak bisa lebih dari 2 jam. Karena dia pasti akan menagih mencari ASI-nya. Iya.. Saya nggak pernah nyimpen ASI saya di dalam botol.. So yesterday banget ya? Biarin lah.. Saya masih beranggapan ASI langsung dari wadahnya lebih steril dan fresh.. Apalagi saya nggak kerja.. bisa ngASI kapanpun si bayi mau.. 🙂

Dan selama saya tinggal.. Boro-boro berharap bisa sekalian me time dengan melakukan kegiatan seorang diri.. Karena yang ada malah saya kepikiran mulu anak-anak gimana ya? Nangis gak ya? Nyariin saya gak ya? *ge er akut* :)))

Dan berakhir ngambil hp nelpon buat menanyakan kondisi anak-anak di rumah.. Payah banget deh saya.. Gak punya mental working mom kantoran.. 😆 :mrgreen:

*Udahlah Bee.. Terima aja kamu lebih menikmati hidup yang berkegiatan SEPAKET sama anak-anak. Lebih nyaman kalo ngapa-ngapain sama anak-anak.. Keliatan anak-anak di deket kita.. OUR TIME.. bukan ME TIME.

Eh ini bahasan kok jadi ngelantur ke mana-mana ya?

Intinya mah tadi saya mau nanya.. Sebenarnya kalo udah lama nggak pernah kontak sama temen lama di maya -apalagi nyata- kira-kira kalau mau memulai lagi itu gimana ya?

Misalnya mau nulis sms atau nyapa di whatsapp, kira-kira kalimat apa yang harus saya ketikkan? Biar nggak kerasa canggung.. Hehe

Ada usul?

Share yuuk!

Udah dulu ya+a… Anak5-a2na3k 6udah mulai boseen liat emaknya di depan komputer muluu.. Hahahaha…

Bandung dan banyak alasan untuk bersyukur..

Pagi-pagi buta saya dibuat nyengir sama status eh lebih tepatnya sama foto yang dishare kang Emil (Ridwan Kamil), walikota Bandung. Seperti biasa apapun yang dishare Pak Wali ganteng, ramah, jago gambar dan punya rasa humor yang besar ini pasti langsung diserbu oleh ‘like’ dari ribuan follower FBnya.

Nah.. setelahnya, postingan gambar ini biasanya akan dibanjiri oleh komen-komen bernada beragam. Ada dukungan, pernyataan setuju atas dukungan, kadang komen standar semacam ‘good’, ‘nice’, ‘keren, pak’, atau malah jadi semacam ruang chatting yang berisik dari mereka.

Uniknya, beberapa komentar langsung ditanggapi oleh sang empunya FanPage, alias Kang Emil sendiri. Dan di sinilah justru kelucuan seringkali terjadi.

Salah satu contohnya:

Udah bisa nangkap lucunya di mana? 😉

Ya begitulah bapak walikota kami. Selalu ada waktu buat sekedar ‘bercengkerama’ dengan warganya. Bahkan di beberapa kesempatan Pak Wali bersedia loh meluangkan waktu untuk ketemu warganya yang pengen ketemu (dan foto bareng), bahkan untuk alasan ngidamnya ibu hamil sekalipun!

Sebagai warga berKTP Bandung, saya banggalah punya walikota Bapak Ridwan Kamil.

Alhamdulillah..

Dan sepertinya gen keturunan bodor alias kocak ini nggak cuma dimiliki Kang Emil sang walikota aja deh. Banyak kok orang asli Bandung ataupun beberapa kota di Jawa Barat lain (alias orang Sunda) yang juga sama lucunya. Antara lain Sule alias Sutisna, kang Pidi Baiq, (alm) Didi Petet, Epy Kusnandar (Kang Mus) dan masih banyak lagii..

Selalu ada alasan untuk lebih banyak bersyukur. Salah satunya bisa jadi warga kota Bandung dan tinggal di kota dengan suasana yang keren, nyaman, warga ramah, pak walikota pintar dan baik hati, plus bersuamikan orang Sunda yang kalem *uhuk* dan humoris.. #eeaaa… 😀

#postingan ini bukanlah postingan berbayar apalagi semacam #postingan #kode..

:mrgreen:

1536575_10202808343868864_743800901_n
BANDUNG; Salah satu tempat terbaik untuk tinggal dan membesarkan anak-anak.. #eeaaa 😀 

Bukan Mesin Pembunuh Mimpi

Kemarin.. Eh tepatnya beberapa waktu yang lalu.. Saya sempat baca postingan yang ditulis Fahd Pahdepie di status FB-nya. Masih seputaran kisah bang Fahd (sok kenal.. 😛 ) dengan Rizqa, istrinya. Kali ini obrolan serius pasangan ini tentang mimpi-mimpi dan apa yang ingin diwujudkan sang istri. Tentang apa mimpi dan cita-cita sang istri, coba deh buka FB-nya Fahd. Karena yang mau saya bahas bukan fokus ke cita-cita sang istri sih.. 😀

Saya lebih tertarik sama kalimat motivasi yang ditulis bang Fahd di akhir postingannya. Kalimat penutup yang menurut saya cukup bagus buat dishare. Dan udah bisa ditebak kan kalo Bang Fahd pastilah mendukung sang istri dengan segala mimpi-mimpinya. Baik mimpi besar maupun mimpi sederhana. Dan seperti itu kan memang seharusnya dan sebaiknya seorang suami bersikap..? Begitupun sebaliknya. Istri pasti mendukung penuh apa yang dicita-citakan dan menjadi impian sang suami. Selama tidak menyimpang dari ajaran agama dan perintah Allah SWT.

Oh iya, ini petikan obrolan pasangan muda ini yang diceritakan kembali dalam sebuah postingan di FB Bang Fahd:

….

“Aku mau jalanin bisnis ini,” katanya, sambil menunjukkan sesuatu di tangannya, “Boleh, ya? Bantuin…”

Saya melihat impian menyala-nyala dari matanya. Saya melihat semangat yang sama seperti setiap kali Rizqa ingin mewujudkan sesuatu. Saya tahu, sejak beberapa waktu terakhir Rizqa serius dengan semua ini, ia menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk sampai pada kesimpulan ini…

Saya mengangkat kedua bahu dan tangan saya, “Apalagi yang harus ditanya?”

Rizqa mengangkat kedua alisnya, “Jadi, boleh, kan?”

“Tentu saja,” jawab saya, “Apapun itu… yang membahagiakanmu.”

Rizqa tersenyum. “Makasih, ya.” Katanya.

Dan cerita pun ditutup dengan kalimat manis di akhir postingannya.

Dalam hati, saya selalu berjanji, saya tak ingin menjadi suami yang jadi mesin pembunuh cita-cita istrinya sendiri.

🙂

Dan pada saat yang sama saya teringat pada Aa suami. Betapa selama ini, tanpa banyak bicara, ia selalu mendukung apa yang menjadi mimpi dan cita-cita saya. Baik saat saya utarakan (bukan Uttaran loh ya.. *eh? 😛 ) maupun yang tidak saya sampaikan. Hahaha

Iya. Saya mulai ketularan heningnya bapaknya anak-anak. Rasanya malu aja kalo terlalu bawel (tapi ini juga musiman sih.. Saya juga masih suka “berisik” kok kadang-kadang). Jadi ya kalau dirasa nggak terlalu penting, ya nggak usah banyak bicara.. 😆

Dan iapun sepertinya mulai ketularan saya. Seolah bisa membaca pikiran.. (sounds like fortune teller?!.. Haha.. 😆 )

Jadi saya nggak perlu banyak bicara merepet bawel saat pada suatu ketika komputer saya ngadat dan nggak bisa nyala. Cukup bilang sekali saja ke Aa suami -(percayalah, memang awalnya menahan diri untuk nggak mengulang permintaan itu cukup berat … setidaknya buat saya.. 😆 ) kalau komputernya gak bisa nyala.

Lalu menunggu.

Ya. M-E-N-U-N-G-G-U.

Dan di sinilah kesabaran kita dimulai. Kesabaran yang nggak ada batasnya. Karena kita nggak pernah tahu kapan tepatnya komputer itu akan berfungsi kembali. Bisa sejam, sehari, seminggu atau… ah sudahlah!

Hingga akhirnya saya melupakan kalau saya punya komputer. Kalau saya pernah getool banget doyan nulis blog. Dan semuanya perlahan terlupakan -dan tergantikan- oleh kegiatan lain yang mulai mengisi waktu dan keseharian saya.

Iya.

Saya sempat lupa klo dulu menulis (termasuk nulis blog dan bikin FF) itu adalah salah satu hal yang sangat saya sukai hingga saya seolah tak bisa meninggalkan kebiasaan itu barang sesaat (mulai lebay… 😆 ).

Saya lupa begitu saja.

Ganti kegiatan lain karena si teteh (anak sulung saya) sudah mulai masuk SD dan adik-adiknya tentu juga butuh perhatian ekstra dari saya. Mau tidak mau saya pun harus banyak bersyukur dan berterima kasih pada rencana indah-Nya. Juga bersyukur pada satu momen di mana komputer saya rusak.

Iya.

Terima kasih, komputer rusak.. 😉

Saya jadi punya banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain kan?

Dan beberapa hari yang lalu, tanpa banyak bicara, -tanpa saya perlu mengulang lagi permintaan saya untuk membetulkan komputer- (ini lebih karena saya udah lupa pisaan jigana mah.. :mrgreen: ), suami saya tiba-tiba saja mengangkat-angkat PC dan monitor ke ruang kerjanya.. Ambil penyedot debu, menyedot dan menyapu debu di sini dan sana dengan kuas catnya. Tanpa banyak bicara.

Lalu pertanyaan sederhana pun terlontar darinya.

“Adik udah gak repot? Itu di bawah meja komputer tolong dibersihin ya..  (iya.. banyak banget harta karun yang ada di sana -mengingat saat ada monitor di atasnya agak susah beberes bagian bawah meja komputer #alesyan 😛 ) Aa mau mindahin monitor sama PC ke sana.”

Itu berarti… Komputer saya udah nyala lagi!

Begitulah.

Singkat cerita, komputer saya jalan lagi. Nyala lagi. Berfungsi lagi. Horeee!

Begitulah suami saya.

Tanpa kalimat puitis dan rayuan menye-menye *halagh*, di dalam ‘keheningannya’, saya selalu yakin dia akan selalu tetap mendukung saya dan passion saya. 🙂

I love you, beib.. 🙂

Udah. Gitu aja

Gubeng I'm In Love.. :D
Gubeng I’m In Love.. 😀

 

Maka.. Nikmat Tuhanmu Yang Manakah Yang Kau Dustakan?